Pengertian
Shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan shalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt.
Shalat sunah yang dilaksanakan secara berjamaah sbb:
Macam shalat Sunnah Berjamaah:
Shalat sunah berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang telah ditentukan.
1. Shalat Idul Fitri
Pengertian shalat idul fitri yaitu shalat yang dikerjakan pada saat hari raya idul fitri atau tepatnya pada tanggal 1 Syawal.
Hukum melaksanakan shalat Idul Fitri dan kapan waktu melaksanakannya
· Hukum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
· Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Fitri adalah sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal.
Dalil naqli tentang Shalat Idul Fitri
عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ. (روه مسلم)
Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang hampir baligh, perempuan-perempuan haidl dan anak-anak perempuan yang masih gadis, pada Hari Raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adha. Adapun wanita-wanita yang haidl itu mereka tidak shalat”. [HR. Muslim]
Cara melaksanakan shalat Idul Fithri di bawah ini dan praktekknya
Rakaat Pertama
a. Berniat dalam hati melakukan shalat Idul Fitri
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلّىْ سُنـَّةً لِّعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
Artinya: Sengaja aku shalat sunah Idul Fitri dua rakaat menjadi (makmum) imam karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram.
c. Membaca doa iftitah.
d. Takbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Diantara takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca tasbih 6 kali sebagai berikut
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَرُ
e. Membaca Taa’wudz
أَعُوْذُ بِا للّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
f. Membaca surat al-Fatihah
g. Membaca salah satu surah/ayat al-Qur`an. dan diutamakan membaca surah Qāf atau surah al-A’laa.
h. Rukuk
i. I’tidal
j. Sujud
k. Duduk antara dua sujud
l. Sujud
Rakaat Kedua
a. Berdiri untuk rakaat kedua
Takbir Lima kali dan diselangi membaca tasbih sebanyak empat kali sbb:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
b. Membaca surah al-Fatihah
c. Membaca Surah/ayat al-Qur’an
d. Rukuk
e. Iktidal
f. Sujud
g. Duduk antara dua sujud
h. Sujud kali kedua
i. Duduk untuk tahiyyat akhir
j. Memberi salam ke kanan dan ke kiri
k. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah Id.
2. Shalat Idul Adha
Shalat sunnah yang dolaksanakan pada saat hari raya idul adha atau hari raya haji, tepatnya pada tanggal 10 zulhijjah.
Hukum melaksanakan shalat Idul Adha dan kapan waktu melaksanakannya
· Hukum melaksanakan shalat Idul Adha adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
· Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Adha adalah pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah, bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan shalat Idul Adha. Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hukum melaksanakan shalat Idul Adha adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan).
Cara melaksanakan shalat Idul Adha di bawah ini dan prakteknya Shalat Idul Adha
a. Berniat dalam hati melakukan shalat Idul Adha
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah:
اُصَلّىْ سُنـَّةً لِّعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
Artinya: Sengaja aku shalat sunah Idul Adha dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram.
c. Membaca doa iftitah.
d. Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Diantara takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca tasbih ini
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَرُ
e. Membaca Ta’awudz
f. Membaca surat al-Fatihah dan membaca salah satu surah dalam al-Qur`an. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’laa.
g. Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih sebagaimana diatas.. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Ghasyiyah.
h. Setelah shalat Idul Fitri dilanjutkan dengan khutbah Id.
3. Shalat Kusuf
Pengertian Shalat Kusuf itu dan apa hukumnya
Shalat Sunnah kusuuf (kusuufus syamsi) adalah shalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari.
Hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad dan dilakukan secara berjamaah.
Dalail naqli tentang Shalat Kusuf dan shalat Khusuf
Nabi SAW bersabda:
عَنْ أبِي مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِّيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوْا (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan Bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan salat (HR al-Bukhari dan Muslim)
Cara melaksanakan Shalat Kusuf
Rakaat Pertama
a. Berniat di dalam hati melakukan shalat kusuf
Jika diucapkan Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) sbb:
أُصَلِّيْ سُنَّةً الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya:“ Aku Shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah ta’ala
b. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
c. Membaca do’a iftitah
d. Membaca ta’awudz,
e. Membaca surat Al Fatihah
f. Membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya)
g. Ruku’ sambil memanjangkannya.
h. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
i. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
j. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
k. Bangkit dari ruku’ (i’tidal).
l. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’,
m. Duduk di antara dua sujud.
n. Sujud yang kedua agak dipanjangkan.
o. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua
Rakaat kedua
a. Membaca surat Al Fatihah
b. Membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya)
c. Ruku’ sambil memanjangkannya.
d. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
e. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
f. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
g. Bangkit dari ruku’ (i’tidal).
h. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’,
i. Duduk di antara dua sujud.
j. Sujud yang terakhir, dan dianjurkan memperbanyak istighfar dan tasbih untuk memohon ampunan kepada Allah.
k. Membaca Tasyahud (Tahiyyat).
l. Setelah selsesai shalat, imam atau khatib menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah.
4. Shalat Khusuf
Pengertian Shalat Khusuf itu dan apa hukumnya
Shalat sunnah khusuf (khusuuful qamari) adalah shalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi peristiwa gerhana bulan.
Hukum melaksanakannya adalah sunnah muakkad. Sedangkan waktu shalat gerhana bulan mulai terjadinya gerhana bulan sampai bulan tampak utuh kembali.
Cara melaksanakan Shalat Khusuf
Adapun tata cara peksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan shalat gerhana matahari; yang membedakan adalah bunyi niatnya. Niat shalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf):
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya: Aku Shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat menjadi makmum ( imam) karena Allah ta’ala.
Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan pada saat terjadi kemarau yang berkepanjangan.
Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut.
Dalil naqli tentang Shalat Istisqa’
Hadits Rasulullah SAW:
َعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( خَرَجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَأَبُو عَوَانَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ
Artinya: Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu beliau shalat dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini. (Riwayat Imam Lima dan dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban).
Apa saja yang dianjurkan sebelum melaksanakan Shalat Istisqa’
a. Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan ditolak.
b. Bertaubat kepada Allah Swt dari segala kesalahan dan dosa.
c. Menghentikan segala bentuk perbuatan maksiat, serakah dan merusak lingkungan.
d. Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak, orang tua, dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
Cara melaksanakan Shalat Istisqa’ sebagai berikut:
Rakaat Pertama
a. Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa’.
Jika diucapkan lafal niatnya sbb:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya: Sengaja aku Shalat sunnah istisqa’ dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah ta’ala.
b. TakbiratulIhram
c. Doa Iftitah
d. Takbir 7 kali dan diselangi membaca zikir seperti
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَر sebanyak enam kali
e. Membaca surah al-Fatihah
f. Membaca surah/ayat al-Qur’an
g. Rukuk
h. I’tidal
i. Sujud
j. Duduk antara dua sujud
k. Sujud kali kedua
l. Bangun untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua
a. Takbir 5 kali dan diselangi membaca zikir seperti
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَررُ sebanyak empat kali
b. Membaca surah al-Fatihah
c. Membaca Surah/ayat al-Qur’an
d. Rukuk
e. Iktidal
f. Sujud
g. Duduk antara dua sujud
h. Sujud kali kedua
i. Duduk untuk tahiyyat akhir
j. Memberi salam ke kanan dan ke kiri
k. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah.
l. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan
Shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan shalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt.
Shalat sunah yang dilaksanakan secara berjamaah sbb:
Macam shalat Sunnah Berjamaah:
Shalat sunah berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang telah ditentukan.
1. Shalat Idul Fitri
Pengertian shalat idul fitri yaitu shalat yang dikerjakan pada saat hari raya idul fitri atau tepatnya pada tanggal 1 Syawal.
Hukum melaksanakan shalat Idul Fitri dan kapan waktu melaksanakannya
· Hukum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
· Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Fitri adalah sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal.
Dalil naqli tentang Shalat Idul Fitri
عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُخْرِجَهُنَّ فيِ اْلفِطْرِ وَ اْلاَضْحَى اْلعَوَاطِقَ وَ اْلحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ اْلخُدُوْرِ، فَاَمَّا اْلحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ. (روه مسلم)
Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk membawa keluar anak-anak perempuan yang hampir baligh, perempuan-perempuan haidl dan anak-anak perempuan yang masih gadis, pada Hari Raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adha. Adapun wanita-wanita yang haidl itu mereka tidak shalat”. [HR. Muslim]
Cara melaksanakan shalat Idul Fithri di bawah ini dan praktekknya
Rakaat Pertama
a. Berniat dalam hati melakukan shalat Idul Fitri
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلّىْ سُنـَّةً لِّعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
Artinya: Sengaja aku shalat sunah Idul Fitri dua rakaat menjadi (makmum) imam karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram.
c. Membaca doa iftitah.
d. Takbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Diantara takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca tasbih 6 kali sebagai berikut
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَرُ
e. Membaca Taa’wudz
أَعُوْذُ بِا للّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
f. Membaca surat al-Fatihah
g. Membaca salah satu surah/ayat al-Qur`an. dan diutamakan membaca surah Qāf atau surah al-A’laa.
h. Rukuk
i. I’tidal
j. Sujud
k. Duduk antara dua sujud
l. Sujud
Rakaat Kedua
a. Berdiri untuk rakaat kedua
Takbir Lima kali dan diselangi membaca tasbih sebanyak empat kali sbb:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
b. Membaca surah al-Fatihah
c. Membaca Surah/ayat al-Qur’an
d. Rukuk
e. Iktidal
f. Sujud
g. Duduk antara dua sujud
h. Sujud kali kedua
i. Duduk untuk tahiyyat akhir
j. Memberi salam ke kanan dan ke kiri
k. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah Id.
2. Shalat Idul Adha
Shalat sunnah yang dolaksanakan pada saat hari raya idul adha atau hari raya haji, tepatnya pada tanggal 10 zulhijjah.
Hukum melaksanakan shalat Idul Adha dan kapan waktu melaksanakannya
· Hukum melaksanakan shalat Idul Adha adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
· Waktu untuk melaksanakan shalat Idul Adha adalah pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah, bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan shalat Idul Adha. Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hukum melaksanakan shalat Idul Adha adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan).
Cara melaksanakan shalat Idul Adha di bawah ini dan prakteknya Shalat Idul Adha
a. Berniat dalam hati melakukan shalat Idul Adha
Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah:
اُصَلّىْ سُنـَّةً لِّعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
Artinya: Sengaja aku shalat sunah Idul Adha dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram.
c. Membaca doa iftitah.
d. Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Diantara takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca tasbih ini
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَرُ
e. Membaca Ta’awudz
f. Membaca surat al-Fatihah dan membaca salah satu surah dalam al-Qur`an. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’laa.
g. Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih sebagaimana diatas.. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Ghasyiyah.
h. Setelah shalat Idul Fitri dilanjutkan dengan khutbah Id.
3. Shalat Kusuf
Pengertian Shalat Kusuf itu dan apa hukumnya
Shalat Sunnah kusuuf (kusuufus syamsi) adalah shalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari.
Hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad dan dilakukan secara berjamaah.
Dalail naqli tentang Shalat Kusuf dan shalat Khusuf
Nabi SAW bersabda:
عَنْ أبِي مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِّيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوْا (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan Bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan salat (HR al-Bukhari dan Muslim)
Cara melaksanakan Shalat Kusuf
Rakaat Pertama
a. Berniat di dalam hati melakukan shalat kusuf
Jika diucapkan Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) sbb:
أُصَلِّيْ سُنَّةً الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya:“ Aku Shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah ta’ala
b. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
c. Membaca do’a iftitah
d. Membaca ta’awudz,
e. Membaca surat Al Fatihah
f. Membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya)
g. Ruku’ sambil memanjangkannya.
h. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
i. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
j. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
k. Bangkit dari ruku’ (i’tidal).
l. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’,
m. Duduk di antara dua sujud.
n. Sujud yang kedua agak dipanjangkan.
o. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua
Rakaat kedua
a. Membaca surat Al Fatihah
b. Membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya)
c. Ruku’ sambil memanjangkannya.
d. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
e. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
f. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
g. Bangkit dari ruku’ (i’tidal).
h. Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’,
i. Duduk di antara dua sujud.
j. Sujud yang terakhir, dan dianjurkan memperbanyak istighfar dan tasbih untuk memohon ampunan kepada Allah.
k. Membaca Tasyahud (Tahiyyat).
l. Setelah selsesai shalat, imam atau khatib menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah.
4. Shalat Khusuf
Pengertian Shalat Khusuf itu dan apa hukumnya
Shalat sunnah khusuf (khusuuful qamari) adalah shalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi peristiwa gerhana bulan.
Hukum melaksanakannya adalah sunnah muakkad. Sedangkan waktu shalat gerhana bulan mulai terjadinya gerhana bulan sampai bulan tampak utuh kembali.
Cara melaksanakan Shalat Khusuf
Adapun tata cara peksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan shalat gerhana matahari; yang membedakan adalah bunyi niatnya. Niat shalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf):
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya: Aku Shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat menjadi makmum ( imam) karena Allah ta’ala.
Shalat Istisqa’
Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan pada saat terjadi kemarau yang berkepanjangan.
Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut.
Dalil naqli tentang Shalat Istisqa’
Hadits Rasulullah SAW:
َعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( خَرَجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَأَبُو عَوَانَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ
Artinya: Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu beliau shalat dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini. (Riwayat Imam Lima dan dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban).
Apa saja yang dianjurkan sebelum melaksanakan Shalat Istisqa’
a. Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan ditolak.
b. Bertaubat kepada Allah Swt dari segala kesalahan dan dosa.
c. Menghentikan segala bentuk perbuatan maksiat, serakah dan merusak lingkungan.
d. Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak, orang tua, dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
Cara melaksanakan Shalat Istisqa’ sebagai berikut:
Rakaat Pertama
a. Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa’.
Jika diucapkan lafal niatnya sbb:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ( إمَامًا) لِلّٰـهِ تَعَالَى
artinya: Sengaja aku Shalat sunnah istisqa’ dua rakaat menjadi makmum (imam) karena Allah ta’ala.
b. TakbiratulIhram
c. Doa Iftitah
d. Takbir 7 kali dan diselangi membaca zikir seperti
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَر sebanyak enam kali
e. Membaca surah al-Fatihah
f. Membaca surah/ayat al-Qur’an
g. Rukuk
h. I’tidal
i. Sujud
j. Duduk antara dua sujud
k. Sujud kali kedua
l. Bangun untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua
a. Takbir 5 kali dan diselangi membaca zikir seperti
سُبْحَانَ اللّٰـهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰـهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللّٰـهُ وَ اللّٰـهُ أَكْبَررُ sebanyak empat kali
b. Membaca surah al-Fatihah
c. Membaca Surah/ayat al-Qur’an
d. Rukuk
e. Iktidal
f. Sujud
g. Duduk antara dua sujud
h. Sujud kali kedua
i. Duduk untuk tahiyyat akhir
j. Memberi salam ke kanan dan ke kiri
k. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah.
l. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan
JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar