PAI VIII BAB 3
MENGUTAMAKAN KEJUJURAN DAN MENEGAKKAN KEADILAN
Kejujuran dan Keadilan
Kejujuran dan keadilan merupakan dua sifat mulia yang harus
dimiliki setiap mukmin. Keduanya harus ditanamkan dan dibiasakan sejak usia
dini. Di rumah, di sekolah dan di manapun harus terbiasa berperilaku jujur dan
adil. Apalagi kalian generasi muda muslim yang akan menjadi pemimpin pada masa
yang akan datang. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang jujur dan adil.
Oleh karena itu kalian harus memegang teguh kedua perilaku mulia tersebut.
1.Jujur
Setiap orang mendambakan keluarga harmonis dan penuh ketenangan.
Kehidupan keluarga akan harmonis jika masing-masing anggota keluarga saling
menghargai dan berperilaku jujur. Kejujuran dalam keluarga merupakan pondasi
awal bagi kelangsungan kehidupan di masyarakat. Masing-masing anggota keluarga
berperilaku jujur satu sama lain, dalam arti berkata apa adanya dan sesuai
kenyataan. Orang tua berkata jujur kepada anak-anaknya. Demikian pula anak
berkata jujur kepada orang tua. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika
masing-masing anggota keluarga tidak jujur?. Tentu akan terjadi pertengkaran
dan perselisihan. Benih permusuhan akan muncul dari perilaku tidak jujur.
Anggota keluarga, baik itu ayah, ibu, adik maupun kakak
memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing. Mereka butuh kerjasama dan
kekompakan dari masing-masing anggota keluarga. Kerjasama dan kekompakan ini
dapat terwujud jika masing-masing berperilaku jujur. Sebagai anak yang saleh
tentu kalian menginginkan kehidupan keluarga yang harmonis. Oleh karena itu
biasakanlah berperilaku jujur mulai dari rumah. Berperilaku jujur di sekolah
sama pentingnya dengan berperilaku jujur di rumah. Seorang peserta didik
hendaknya jujur kepada bapak ibu guru, karyawan dan teman di sekolah. Kejujuran
peserta didik pada saat mengerjakan ulangan akan sangat membantu bapak ibu guru
dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Berperilaku jujur kepada teman disekolah
maka akan terjalin hubungan harmonis.
Semua anggota masyarakat akan hidup rukun dan damai jika
masing-masing menjunjung tinggi kejujuran. Sebaliknya, ketidakjujuran akan berakibat
konflik antar anggota masyarakat. Konflik yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat merupakan bencana sosial yang menakutkan. Karena hal ini bisa meluas
menjadi tawuran antar warga. Sungguh, semua ini tidak dikehendaki bersama.
Kejujuran harus diutamakan dalam setiap pergaulan, baik dirumah, sekolah maupun
masyarakat. Kerugian akibat ketidakjujuran akan dirasakan oleh diri sendiri dan
orang lain.
Seseorang yang tidak jujur akan sulit mendapat
kepercayaan dari orang lain. Sementara orang lain yang pernah dibohongi akan
merasa kecewa dan sakit hati. Kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang.
Kepercayaan akan muncul jika seseorang jujur. Sebagai contoh, seorang yang
jujur biasanya akan dipilih menjadi bendahara. Tugas bendahara sungguh sangat
berat, karena harus mencatat dan membukukan keuangan dengan benar dan jujur.
Setiap tugas dan kewajiban yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya pasti akan
mendapat balasan dari Allah Swt berupa pahala. Dalam sebuah hadits riwayat
Muslim.
Rasulullah Saw bersabda : “Seorang bendahara muslim
yang melaksanakan tugasnya dengan jujur, dan membayar sedekah kepada orang yang
diperintahkan oleh majikannya secara sempurna, dengan segera dan dengan
pelayanan yang baik, maka ia mendapat pahala yang sama seperti orang yang bersedekah.”
Sumber : Kitab Hadis Shahih Muslim.
2. Adil
Adil berarti memberikan hak kepada orang yang berhak
menerimanya, meletakkan segala urusan pada tempatnya. Orang yang adil adalah
orang yang memihak kepada kebenaran, bukan berpihak karena pertemanan,
persamaan suku, maupun bangsa. Ajaran Islam menjunjung tinggi azas keadilan.
Hal ini bisa difahami karena Islam membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil ‘alamin). Oleh karena itu setiap muslim wajib menegakkan keadilan dalam
posisi apapun. Apalagi seorang muslim yang menjadi polisi, jaksa, hakim atau
aparat hukum lainnya harus menegakkan keadilan tanpa memandang suku, agama,
status sosial, pangkat maupun jabatan. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan
terwujud apabila setiap muslim menegakkan keadilan.
Dalam sebuah hadits riwayat Nasa’i, Rasulullah Saw
bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil akan ditempatkan di sisi
Allah Ta’ala di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sisi sebelah
kanan ‘Arrahman. Yaitu, orang-orang yang adil dalam menghukumi mereka, adil
dalam keluarga mereka dan dalam mengerjakan tugas mereka.” Sumber : Kitab Hadis
Sunan Nasa’i .
Allah Swt menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan,
atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil. Ini
menjadi bukti bahwa Islam menjunjung tinggi keadilan. Rasa benci kepada
seseorang atau suatu golongan menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan
manusia kedalam lubang kehancuran. Bisa dibayangkan betapa sulinya ketika harus
berbuat adil kepada orang atau golongan yang kita benci. Meskipun sulit, karena
ini perintah agama maka harus dilaksanakan. Adil bukan berarti harus sama rata.
Misalnya, ada orang tua memiliki tiga orang anak. Masing-masing masih duduk
dibangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi
(PT). Orang tua yang adil akan memberikan uang saku dengan jumlah berbeda
karena kebutuhan mereka berbeda. Justru tidak adil jika orang tua tersebut
memberikan uang saku dengan jumlah sama.
3. Memahami Dalil Naqli tentang Perilaku Jujur dan Adil
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ
بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا
هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran karena Allah Swt, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekal-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah Swt, sungguh, Allah maha
mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Maidah/5 ayat 8)
Ayat di atas menegaskan bahwa menegakkan keadilan harus
karena Allah Swt semata, bukan karena kepentingan pribadi atau duniawi.
Kepentingan pribadi atau duniawi harus dikesampingkan dalam menegakkan
keadilan. Bahkan jika kita bersaksi untuk kepentingan kerabat dekat, maka kita
pun harus bersaksi dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun kesaksian itu
merugikannya. Demikian juga jika kita bersaksi untuk musuh, maka kita pun harus
bersaksi dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun menguntungkannya.
Bagaimana jika kebenaran itu dari orang kafir? Kita harus tetap berlaku adil
dan menerima kebenaran meskipun muncul dari orang kafir. Bahkan jika kita
menolak kebenaran dari yang kafir dikategorikan sebagai kezaliman.
Jadi, keadilan itu berlaku untuk semua, baik kawan maupun
lawan. Kalau kebenaran yang datangnya dari orang kafir saja kita harus tetap
menerimanya, maka kebenaran yang datangnya dari sesama muslim sudah jelas harus
kita terima. Oleh karena itu menjadi sangat aneh kalau antara sesama muslim
saja saling bertikai hanya karena masing-masing merasa bahwa pendapatnya yang
paling benar. Berlaku adil dalam ayat di atas bermakna berusaha untuk adil dan
menegakkan keadilan. Jadi setiap usaha untuk menegakkan keadilan dan perilaku
menegakkan keadilan akan mendekatkan kepada ketakwaan. Semakin sempurna keadilan,
maka semakin sempurna pula ketakwaan.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadits bersabda : Artinya :
“Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada
kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga”(HR Tirmidzi) Hadits di
atas menegaskan bahwa kejujuran akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan
akan membawa pelakunya ke surga. Seseorang yang jujur akan hidup dengan tenang.
Ia menjalani kehidupan dengan penuh optimis dan semangat.
Berbeda jika seseorang pernah berdusta, tentu akan
diselimuti rasa bersalah dan gelisah. Dusta yang pernah dilakukan akan ditutupi
dengan dustadusta yang lain. Orang yang jujur juga akan mendapat kepercayaan
dari orang lain. Kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan muncul
karena seseorang memang layak mendapatkannya.
Abu Ubaidah bin Jarrah (Sahabat Nabi yang Sangat Jujur) Suatu
ketika orang-orang Najran pernah datang kepada Rasulullah Saw seraya berkata;
“Ya Rasulullah, utuslah kepada kami seseorang yang jujur dan dipercaya.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh aku akan mengutus kepada kalian
seseorang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Para sahabat merasa penasaran
dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata
Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah.” (Sumber : Kitab Shahih Bukhari).
Kejujuran dan keadilan merupakan dua perilaku terpuji yang
harus dimiliki seorang muslim. Rakyat jelata merindukan pemimpin yang adil.
Seorang tersangka merindukan keadilan seorang hakim. Seorang atlet menginginkan
wasit yang adil dalam pertandingan. Demikianlah keadilan sangat dibutuhkan
dalam kehidupan manusia. Bahkan doa seorang pemimpin yang adil akan diterima
oleh Allah Swt.
4. Memahami Cara Menerapkan Perilaku Jujur dan Adil
Wahai anak saleh, tahukah kalian bagaimana cara
menerapkan perilaku jujur dan adil dalam kehidupan sehari-hari? Caranya adalah
dengan melatih diri secara terus menerus. Kedua perilaku terpuji tersebut,
perlu dilatih dan dibiasakan setiap saat di manapun kalian berada. Jika seseorang
sudah terbiasa jujur dan adil, maka kedua perilaku mulia ini akan melekat dalam
dirinya. Lalu, kapan seseorang bisa mulai berlatih jujur dan adil? Jawabannya
adalah mulai dari sekarang. Jangan menunda, mulai dari diri sendiri dan mulai
dari sekarang untuk berperilaku jujur dan adil. Perilaku jujur dan adil ini
harus dilatih dan dibiasakan sejak usia dini. Sebab pada usia dini, seorang
anak akan sangat mudah dididik dan dilatih. Orang tua berperan penting dalam
mendidik anak-anaknya untuk jujur dan adil. Orang tua harus menjadi teladan
bagi anak-anaknya dalam menerapkan kejujuran dan menegakkan keadilan. Kejujuran
dan keadilan seorang guru juga akan dicontoh oleh murid-muridnya.
Demikian pula dengan kalian, kejujuran dan keadilan
yang kalian lakukan akan dilihat dan dicontoh oleh adik-adik kalian.
a. Menerapkan Perilaku Jujur Perilaku jujur dapat kita
terapkan di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Untuk memahami cara menerapkan
perilaku jujur perhatikan contoh perilaku jujur berikut ini:
1) Di rumah, kita melaksanakan tugas yang diberikan orang tua
dengan sebaiknya-baiknya. Misalnya, ibu minta tolong dibelikan minyak goreng
dan kebutuhan pokok lainnya. Sebagai anak jujur, semua uang sisa kembalian
diberikan kepada ibu. Hal ini berarti memegang dan menjalankan amanah dengan
baik. Memberitakan sesuatu hal baik ke orang tua ataupun ke dalam lingkungan
masyarakat.
2) Di sekolah, mengerjakan tugas yang diberikan bapak-ibu
guru dengan penuh tanggung jawab. Tidak menyontek saat ulangan, melaksanakan
piket sesuai jadwal, mentaati tata tertib sekolah, bertutur kata yang benar
kepada bapak-ibu guru, karyawan, dan teman. Jika bersalah harus mengakui
kesalahannya
3) Di masyarakat, kita dapat berperilaku jujur dalam rangka
membangun masyarakat yang tenang, harmonis dan saling menghormati. Seseorang
yang jujur tidak akan mengarang cerita atau gosip sehingga akan menimbulkan
gaduh dan suasana lingkungan menjadi tidak kondusif, antara ucapan dan
perbuatan. Seseorang yang jujur harus sama. Dengan berperilaku jujur, maka orang
lain akan merasa aman dan tentram.
b. Menerapkan Perilaku Adil
Perilaku adil juga dapat kita terapkan di rumah,
sekolah, maupun masyarakat. Untuk memahami cara menerapkan perilaku adil
perhatikan contoh perilaku adil berikut ini:
1) Di rumah, misalnya setiap awal bulan ayah memberikan uang
saku kepada ketiga anaknya, termasuk kalian sebagai anak pertama. Ayah
menitipkan uang saku untuk kedua adikmu. Masing-masing mendapat Rp.100.000 dan
Rp.50.000, sedangkan kamu mendapat Rp.200.000. Ayah memberikan uang saku secara
adil berdasarkan tingkat kebutuhan anak-anaknya. Sebagai kakek, kalian harus
adil kepada adik-adik kalian, yaitu memberikan hak uang saku kepada mereka
sesuai perintah ayah.
2) Di sekolah, menghormati dan menghargai tugas ketua
dan semua pengurus kelas. Kalian harus memperlakukan mereka dengan adil sesuai
posisinya masing-masing di kepengurusan kelas. Bukan justru sebaliknya,
meremehkan dan merendahkan mereka sebagai “pesuruh” kelas.
3) Di masyarakat, berlaku adil kepada tetangga dan warga dalam
satu RT, RW ataupun kelurahan. Memperlakukan tetangga dengan baik, tidak
merusak nama baiknya dengan menyebarkan cerita-cerita negatif. Tidak mengganggu
tetangga dengan suara musik yang terlalu keras dari dalam rumah kita. Mengapa
demikian? Sebab tetangga juga punya hak untuk dihormati dan diperlakukan dengan
baik. Dengan memberikan hak kepada tetangga berarti kita telah berperilaku adil
kepada tetangga.
C. Refleksi Akhlak Mulia
Kalian sekarang menjadi mengerti tentang kejujuran dan
menegakkan keadilan. Jujur dan adil merupakan akhlak mulia yang sangat
dianjurkan oleh Allah Swt. Keduanya akan membawa pelakunya meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Terkait dengan hal ini, lakukan intropeksi terhadap diri
kalian masingmasing. Tanggapilah pernyataan-pernyataan berikut, sesuai dengan
apa yang kamu rasakan dengan cara memberi tanda silang pada gambar yang sesuai.
JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI
1. Sebutkan akibat dari ketidakjujuran ?
2. Jelaskan pengertian adil ?
3. Jelaskan cara menerapkan kejujuran di sekolah ?
4. Jelaskan kandungan QS Al-Maidah/5 ayat 8 ?
5. Jelaskan cara menerapkan kejujuran ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar