SELAMAT DATANG DI WEBSITE SMP NEGERI 2 SAMBONG, KAB. BLORA, JAWA TENGAH

Minggu, 12 Juli 2020

MATERI MPLS | Kelas Menulis

Oleh:
Dra. Dwi Hidayati
Danu Salimi


Keterampilan Menulis
A. Hakikat Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Banyak ahli telah mengemukakan pengertian menulis. Menurut pendapat Saleh Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan. Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 159) keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahas tulis.Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 3) keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Sedangkan menurut Byrne(Haryadi dan Zamzani, 1996: 77) keterampilan menulis karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatanproduktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Atar Semi(1993: 47), mengartikan keterampilan menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Harris (Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, 1999: 276) keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunaan bahasa tulis. Menulis merupakan aktivitas pengekpresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Sedangkan menurut Suparno dan Mohammad Yunus (2008:1.3), menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya.Dalam komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) isi tulisan atau pesan, (3) saluran atau medianya berupa tulisan dan (4) pembaca sebagai penerima pesan. Menurut The Liang Gie (2002:3), keterampilan menulis adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Sedangkan mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
B. Fungsi dan Tujuan dan Manfaat Menulis
1. Fungsi Menulis Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh D’Angelo dalam Tarigan, (2008), pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual. Tidak jauh berbeda dari pendapat D’Angelo, Sabarti Akhadiah (dalam Hasani, 2005:3) mengungkapkan fungsi menulis sebagai berikut: a. Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya. b. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-banding-kan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan. c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi se-hubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
a. Assigment purpose (Tujuan Penugasan)
d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat memperjelas permasalahan yang semula masih samar. e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif. f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. h. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. i. Dengan kegiatan menulis terencana, penulis membiasakan berpikir serta ber-bahasa secara tertib dan teratur. j. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan fungsi dari menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung yang dapat menggali kemampuan seseorang tentang suatu topik dengan cara berlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan terencana agar dapat berbahasa dengan tertib dan teratur. Selain itu, menulis juga dapat membantu seseorang memperdalam daya tangkap dan membantu memecahkan masalah. 2. Tujuan Menulis Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk tulisan. Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tujuan-tujuan tersebut tentunya sangat beraneka ragam. Tarigan (2008: 24) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang belum berpengalaman sebagai berikut: 1). Memberitahukan atau mengajar 2). Meyakinkan atau mendesak 3). Menghibur atau menyenangkan 4). Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Sedangkan Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008:26), membagi tujuan menulis menjadi tujuh bagian sebagai berikut:
Manfaat menulis menurut Sabarti Akhadiah (dalam Kartimi 2006: 5) sebagai berikut:
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. b. Altruistic purpose (Tujuan Altruistik) Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin mendorong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penala-rannya. Ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya seseorang. c. Persuasive purpose (Tujuan Persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan oleh seorang penulis. d. Informational purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan) Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. e. Self-expressive purpose (Tujuan Pernyataan Diri) Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri seorang pengarang kepada pembaca f. Creative purpose (Tujuan Kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan kreatif’’ disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian. g. Problem solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah) Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis haruslah mempunyai tujuan yang nyata. Dimana para penulis harus bisa meyakinkan, memberitahukan, menghibur dan mengekspresikan emosi. 3. Manfaat Menulis
Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat : deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi (Syafi’ie,1990: 151).sedangkan menurut Keraf(1989: 6) ragam tulisan didasarkan pada tujuan umum, berdasarkan hal tersebut menulis dapat dibedakan menjadi lima : Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.
1) Mengetahui potensi diri dengan dan kemampuan serta pengetahuan kita tentang topik yang dipilih. Dengan mengembangkan topik itu kita dipaksa berpikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang tersimpan dalam diri. 2) Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, dan membandingkan fakta-fakta yang tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis. 3) Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis dapat memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan 4) Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, setiap permasalahan yang semula samar-samar dakan menjadi lebih jelas. 5) Melalui tulisan, kita dapat menjadi peninjau dan penilaian gagasan kita secara obyektif 6) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkrit. 7) Dengan menulis, kita menjadi aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu sekaligus pemecah masalah. Bukan hanya sekedar penerima informasi yang pasif. 8) Membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib. Selain manfaat menulis di atas, Hernowo (2004: 51) mengungkapkan bahwa menulis dapat digunakan untuk menyibak atau mengungkapkan diri. Dengan menulis seseorang bukan hanya akan menyehatkan fisik dan mental tetapi juga dapat mengenali detail-detail dirinya. Dari beberapa manfaat menulis yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa menulis bermanfaat untuk mengetahui kemampuan diri dengan aktif berpikir dalam menuangkan ide dan gagasan kedalam sebuah tulisan, menambah wawasan dan informasi, menumbuhkan keberanian dan kreatifitas.
C. Ragam Menulis
1. Deskripsi (perian)
Seperti dikemukan oleh(Ahmadi dalam Masnur, 2009: 125), pikiran utama adalah pengendali suatu karangan sehingga pikiran utama dimaksudkan isi karangan tidak akan menyimpang. Karangan tersebut ditulis dalam bentuk paragraph dan tiap paragraph mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang paling baik diletakkan pada kalimat pertama paragraf.
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatuhal. Dari segi istilah,deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,mendengar,mencim dan merasakan)apa yang dilikiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. 2. Eksposisi (paparan) Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu ,mengupas,menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 3. Argumentasi(bahasan ) Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat, pendirian , gagasan. 4. Narasi (kisahan) Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. 5. Persuasi Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam persuasi selain logika perasaan juga memegang peranan penting. 1) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tulis menulis Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis adalah sebagai berikut: a. Penentuan Pikiran Utama Salah satu cirri utama tulisan adalah adanya kesatuan gagasan antarparagrafnya. Sebuah tulisan (karangan) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua detail yang berupa contoh, alas an maupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang dari pikiran utama. b. Pembentukan Paragraf
Subjek kalimat sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Subjek kalimat yang posisi atau letaknya kurang tepat (jelas) dalam kalimat menyebabkan kekaburan makna kalimat tersebut. Jabatan, atau fungsi subjek dalam kalimat biasanya dapat diketahui dengan jalan menggunakan pertanyaan apa, atau siapa yang dibicarakan dalam karangan.
Agar sebuah karangan mudah ditangkap pembaca dan jelas akan isi konteks yang diceritakannya, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf merupakan suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa kalimat-kalimat dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar, (Ahmadi dalam Masnur, 2009: 125). Paragraf bisa terseusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud. Sehubungan dengan hal ini W.J.S.Poerwadarminta dalam Masnur (2009: 126) mengemukakan sebagai berikut. “Sekalian kalimat dalam paragraf bahu-membahu, bekerjasama untuk menerangkan, melukiskan, atau mengulas suatu hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam paragraf itu. Jadi, kalimat-kalimat dalam paragraf itu semuanya berpusat pada suatu pokok pembicaraan atau suatu tema.” Dengan demikian, untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas. Dalam hal ini anak didik dilatih menyusun paragraf secara teratur dalam bahasa tertulis. Kalimat yang bertalian arti, yaitu dalam satu paragraf kalimat-kalimatnya menerangkan, bahu-membahu, bekerja sama untuk menerangkan sesuatuatau pokok pembicaraan. c. Penulisan Kalimat Kalimat dalam karangan harus jelas dan mudah dipahami, karena kalimat tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur. Kalimat yang jelas dan terang dalam bahasa percakapan (tutur), tidak selamanya jelas dan terang, juga apabila dituliskan, sebab intonasi dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkandalam bahasa tulis. Dalam setiap kalimat pada suatu karangan pada dasarnya kalimat itu disusu oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur-unsur itulah yang membangun dan membentuk suatu kalimat. Unsur-unsur kalimat itu tidak lain adalah kata-kata. Kata-kata itulah yang membentuk kalimat. Bagian bagian kaliamt sering disebut konstituen Masnur (2009: 127). Bagian-bagian kalimat tersebut antara lain sebagai berikut. · Subjek · Predikat
Titik dua digunakan untuk menegaskan keterangan atau penjelas sebagai tambahan sebagai sesuatu yang telah tersebut dalam kaliamt terdahulu. Titik dua juga dapat digunakan untuk menyatakan perincian berbagai hal, benda yang disebutkan berturut turut, serta untuk menyatakan kutipan perkataan seseorang.
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Ia juga sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Ciri-ciri umum predikat terletak di belakang subjek serta berbentuk verbal atau kata kerja. · Objek Kehadiran objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Objek pada umumnya berbentuk nomina atau kata benda, atau dibelakang kata tugas “oleh” dalam kalimat pasif. · Keterangan Tempat jabatan keterangan dalam kalimat biasanya bebas dan cakupan semantis keterangan lebih kuat, yaitu membatasi unsur kalimat atau seluruh kalimat. Keterangan tidak wajib hadir dalam sebuah kalimat. Bagian keterangan dalam kalimat bahasa indonesia menyatakan banyak makna, namun yang sering ditemukan dalam pemakaian bahasa sehari-hari adalah keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keterangan instrumental. d. Penggunaan Tanda Baca Karangan selalu berupa bahasa yang tertulis. Dalam beberapa hal bahasa tertulis tidak sama dengan bahasa lisan. Banyak alat-alat bahasa seperti lagu, jeda, tinggi rendah suara, tekanan suara, sukar digambarkan dalam bahasa tulis. Untuk melengkapi kekurangan itu maka dibuatlah tanda baca. Menurut Poerwadarminta tanda baca dapat membantu menjelaskan maksud atau makna kalimat. Dengan tanda baca penulis dapat menyampaikan maksudnya dengan lebih jelas. Sedanga pembaca pun dapat pula menangkap maksud kalimat dengan lebih mudah. Oleh karena itu, makna tanda baca tidak boleh di abaikan dalam tulis-menulis Poerwadarminta dalam Masnur (2009: 127). Macam-macam tanda baca antara lain sebagai berikut. · Titik Tanda titik dipakai sebagai tanda bahwa kalimat telah selesai. Pokok tugasnya adalah sebagai penguncu kalimat. · Koma Tanda koma paling sering digunakan dalam tulis menulis. Pokok tugasnya adalah untuk menyatakan jeda sejenak, menyekat hubungan-hubungan yang perlu dijelaskan. Pada umumnya tanda komadigunakan untuk menyekat kata atau frase sejenis dan setara. · Titik dua · Tanda seru dan tanda Tanya
Tanda seru pada pokoknya mengintensifkan penuturan. Bisa dipakai untuk menyatakan perasaan yang kuat seperti perintah, melarang, heran, menarik perhatian, tak percaya, dan sebagainya. Sedangkan tanda tanya sudah tentu dipakai untuk menyatakan pertanyaan, baik pertanyaan yang sesungguhnya maupun bersifatmenyaksikan Poerwadarminta dalam Masnur (2009: 128).

Berikut ini merupakan contoh menulis bentuk Fiksi:

Langit Semburat Merah, Senja Turun.
Kelas Menulis
Ia setengah berlari di trotoar Sudirman. Duh, hampir telat. Kelas segera dimulai. Bosnya yang gahar kurang menoleransi keterlambatan; dan terjebak macet adalah alasan kelewat sepele. Siapa suruh tak beranjak lebih awal?

Banyak. Misalnya, agenda nonton bioskop jam 21.45 malam. Sambil melihat sang guru—yang editor bahasa di media ternama—menuliskan contoh-contoh kalimat efektif dan tak efektif, ia menghitung-hitung waktu tempuh dari kantornya di Menara Standard Chartered ke Grand Indonesia. Memang dekat saja, tapi ia naik kendaraan umum. Durasi jalan kaki juga perlu dihitung. Ia harus lekas kabur begitu kelas bubar. Betul-betul bukan wartawan teladan.

Ketika kelas berakhir, ia bergegas keluar ruangan. Di luar pintu kaca, suara bariton menyapa. “Mau ke mana buru-buru?” Ia terpaksa berhenti sejenak, tersenyum kecut kepada si pemilik suara—bosnya, dan menjawab ala kadarnya, “Ada janji sama teman.”

Si bos mengangguk, dan ia ambil langkah seribu sebelum sapaan lain menghentikannya lagi.

Ia adalah aku 12 tahun lalu.

Belum lama ini, aku terheran-heran saat tahu bosku yang dulu itu mengambil kelas menulis. “Buat apa?” tanyaku, tak percaya alasan awal yang ia berikan bahwa ia “kerap merasa punya tulisan buruk”. Sepanjang aku mengenalnya, dia tak pernah menulis jelek.

“Kelas itu sangat berguna, loh. Coba deh kamu ikut,” katanya. Aku termakan penasaran, dan mendaftar untuk kelas periode berikutnya.

Aku jadi ingat beberapa waktu lalu saat mengisi kuliah umum di salah satu perguruan tinggi. Kami membahas tentang cara menulis luwes dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat itu, aku tertawa dalam hati. Bisa-bisanya anak badung yang ikut kelas menulis wartawan dengan ogah-ogahan 12 tahun lalu jadi “dosen tamu” buat anak-anak jurnalistik.

Tapi, terlepas dari kelakuan minusku di masa lalu, aku memang senang menulis. Itu salah satu bidang yang kukuasai cukup baik, meski bukan berarti tulisanku selalu bagus.

Kadang, aku tak puas dengan tulisanku. Ada saja momen ketika aku merasa tulisan itu kurang enak dibaca karena sisipan diksi yang kurang pas atau kalimat yang tak efektif.

Ini contoh tulisanku yang sempat kurombak beberapa kali untuk membuatnya lebih lentur. Padahal cuma cerpen ringan, tapi ternyata tetap butuh upaya untuk memolesnya.Kelas Menulis (1)Belum lama ini, aku terheran-heran saat tahu bosku yang dulu itu mengambil kelas menulis. “Buat apa?” tanyaku, tak percaya alasan awal yang ia berikan bahwa ia “kerap merasa punya tulisan buruk”. Sepanjang aku mengenalnya, dia tak pernah menulis jelek.

“Kelas itu sangat berguna, loh. Coba deh kamu ikut,” katanya. Aku termakan penasaran, dan mendaftar untuk kelas periode berikutnya.

Aku jadi ingat beberapa waktu lalu saat mengisi kuliah umum di salah satu perguruan tinggi. Kami membahas tentang cara menulis luwes dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat itu, aku tertawa dalam hati. Bisa-bisanya anak badung yang ikut kelas menulis wartawan dengan ogah-ogahan 12 tahun lalu jadi “dosen tamu” buat anak-anak jurnalistik.

Tapi, terlepas dari kelakuan minusku di masa lalu, aku memang senang menulis. Itu salah satu bidang yang kukuasai cukup baik, meski bukan berarti tulisanku selalu bagus.

Kadang, aku tak puas dengan tulisanku. Ada saja momen ketika aku merasa tulisan itu kurang enak dibaca karena sisipan diksi yang kurang pas atau kalimat yang tak efektif.

Ini contoh tulisanku yang sempat kurombak beberapa kali untuk membuatnya lebih lentur. Padahal cuma cerpen ringan, tapi ternyata tetap butuh upaya untuk memolesnya.

Kalau lagi “kumat” mengutak-atik tulisan begitu, aku bisa membongkarnya berkali-kali sampai merasa betul-betul sreg.

Kebiasaan itu membuatku tersenyum saat membaca postingan Mas Sulak (AS Laksana) yang penggalannya berbunyi, “... jika anda tidak membatasi hasrat melakukan perbaikan, saya perlu mengingatkan, novel anda tidak akan pernah selesai hingga 17 tahun kemudian.”

Aku tak sedang bikin novel. Kalimat di atas bisa saja berbunyi, “... jika anda tidak membatasi hasrat melakukan perbaikan, saya perlu mengingatkan, artikel/cerpen anda tidak akan pernah selesai hingga 1 tahun kemudian.”
Kelas Menulis (2)“Kenapa kamu masih mau belajar nulis padahal sudah bisa nulis bagus?” tanya seorang rekan sekantor. Giliran aku yang mendapat pertanyaan itu.

Hmm, sebetulnya bagus atau tidak itu relatif. Tergantung selera pembaca. Ada yang cocok dengan model naratif deskriptif yang “menjuntai” panjang-panjang, ada juga yang suka gaya stakato—penuturan pendek-pendek; meminjam istilah musik ketika nada pendek-pendek atau putus-putus mengalun.

Gaya stakato itu, aku rasa, banyak terlihat pada tulisan Dahlan Iskan. Seperti ini misalnya:

Singapura menaikkan bendera oranye. Kemarin. Pertanda wabah virus Wuhan sudah mengancam negara tetangga itu dengan serius.

Di Tiongkok sendiri kemarin mencatat rekor: yang bisa disembuhkan mencapai 389 orang. Dalam sehari.

Sudah delapan hari berturut-turut jumlah yang sembuh lebih banyak dari yang meninggal.

Sampai tanggal 30 Januari, yang meninggal terus lebih banyak dari yang sembuh. Hari itu saja yang meninggal 38 orang. Yang sembuh hanya 21 orang.

Apalagi tanggal-tanggal sebelumnya.

Buatku, gaya mana saja bukan soal asal enak dibaca. Tulisan Tio, misal, hampir selalu kusuka. Tio salah satu asredku di kantor. Ia amat berbakat soal tulis-menulis, dan kerap bereksperimen dengan teknik penulisan. Yeah, orang memang punya kelebihan (dan kekurangan) masing-masing. Ini salah satu tulisan Tio:

Yang jelas, keahlian akan terkikis kalau tak diasah. Keterampilan tak akan mekar dengan dipendam. Aliran ilmu akan terhenti bila tak dibagi.

Jadi, kalau aku buka kelas menulis untuk saling berbagi, adakah yang kira-kira mau ikut? ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar