SELAMAT DATANG DI WEBSITE SMP NEGERI 2 SAMBONG, KAB. BLORA, JAWA TENGAH

Selasa, 28 Juli 2020

IPA KELAS 9| GAMETOGENESIS

Spermatogenesis dan hormon yang berperan didalamnya


Pada materi ke 1 ini kamu akan mempelajari spermatogenesis beserta hormon yang mengendalikannya.

a. Spermatogenesis

Spermatogenesis atau proses pembentukan sel sperma terjadi di tubulus seminiferus yang terletak pada testis pria. Sel sperma yang berfungsi dengan baik, siap berfertilisasi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai sel gamet, sel sperma harus haploid (kromosom setengah dari kromosom sel induk) sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid.
Spermatogenesis diawali dengan pembelahan mitosis yang terjadi pada spermatogonium (2n) menjadi spermatosit primer (2n) atau bakal sel sperma. Mulai dari spermatosit primer (2n), terjadi pembelahan meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder (n). Selanjutnya, terjadi pembelahan meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid (haploid) (n). Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan mengalami diferensiasi atau spermiogenesis. Dalam proses tersebut sel spermatid (n) kemudian akan kehilangan banyak sitoplasma dan membentuk spermatozoa atau sel-sel sperma (n). Secara sederhana proses pembentukan sperma dapat kita simak animasi berikut ini:

Sperma yang telah matang mempunyai sifat motil (mampu bergerak), karena sperma dilengkapi mikrotubulus. Sperma yang matang ini mempunyai tiga bagian, yaitu bagian kepala, leher, dan bagian ekor.Pada bagian kepala terdapat akrosom yang mengandung enzim hialurodinase yang berfungsi menembus lapisan sel telur dan nukleus yang haploid yang membawa kromosom. Sedangkan di bagian leher terdapat mitokondria sebagai sumber energi saat bergerak. Ekor berperan sebagai alat pergerakan menuju ovum. Coba perhatikan animasi berikut ini untuk lebih jelasnya:

Anda tentunya telah mengetahui proses pembentukan atau pemasakan sperma yang disebut spermatogenesis. Sperma ini diproduksi oleh pria yang sudah dewasa. Menurut Anda, kira-kira pada usia berapa seorang pria mulai memproduksi sperma? Simak materi berikut agar Anda dapat menjawabnya.

 

b. Hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis

Seorang pria mulai memproduksi sperma apabila testisnya telah menghasilkan hormon testosteron. Hormon inilah yang akan memacu testis untuk memproduksi sperma. Pada saat dimulainya produksi hormon testosteron menandakan pria tersebut mengalami pubertas. Pria mengalami masa pubertas pada usia 14-16 tahun. Pubertas ditandai dengan munculnya ciri-ciri sekunder pada pria. Seperti pada wajah tumbuh kumis, jambang, tumbuh rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin. Otot-otot tubuh lebih kekar, dan suara terdengar lebih berat karena jakun mulai tumbuh.
Secara biologis seorang pria yang telah puber akan mengalami ”mimpi basah”. Mimpi basah dapat terjadi karena pria memproduksi sperma setiap harinya. Sperma ini tidak harus selalu dikeluarkan, sebagian sperma akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair, dan kotoran padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja pria) melalui mimpi basah.
Ada sejumlah hormon yang berperan dalam sistem reproduksi pria terutama saat proses pembentukan sperma. Di bawah kontrol hipotalamus, semacam hormon dikeluarkan untuk merangsang hipofisis anterior. Hormon yang disekresikan hipotalamus yakni hormon gonadotropin. Hormon ini merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon LH (Luitenizing Hormone) dan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon LH menstimulasi sel-sel Leydig untuk menyekresikan hormon testosteron. Hormon testosteron ini berfungsi saat spermatogenesis (ciri seks primer), dan pertumbuhan kelamin sekunder pada pria. Sementara itu, hormon FSH berperan merangsang sel-sel sertoli dalam tubulus seminiferus untuk mengubah sel-sel spermatid menjadi sperma saat terjadi spermatogenesis.
Agar lebih jelasnya coba perhatikan animasi berikut ini:

Oogenesis dan hormon yang berperan didalamnya


Pada materi ke- 2 ini kamu akan mempelajari tentang oogenesis atau proses pembentukan ovum. Menurut pemahamanmu, bagaimana proses pembentukan ovum didalam tubuh dan apa kaitannya dengan masa menopause?
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum yang terjadi di dalam ovarium. Sebelum sel ovum terbentuk, di dalam ovarium terlebih dahulu terdapat sel oogonium (oogonia = jamak) yang bersifat diploid. Oogenesis terjadi saat janin usia 5 bulan dimulai ketika oogonium melakukan pembelahan mitosis dan menghasilkan sekitar 1-2 juta oogonium hingga bayi lahir dan akan berkurang menjadi sekitar 300.000 saat berusia 7 tahun. Dan hanya 300-400 saja yang akan berhasil di ovulasi kan setiap bulannya. Hal ini yang membuat wanita memiliki masa menopause yaitu masa sel kelamin sudah tidak produktif lagi memproduksi sel gamet (ovum).
Proses pembentukan ovum dikontrol oleh berbagai hormone-hormon, coba perhatikan animasi berikut untuk memahami peran dari hormon-hormon tersebut.

Oogenesis dikontrol saat hipotalamus mensekresikan hormon gonadotropin. Hormon tersebut merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH dan LH. Hormon FSH merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium. Pematangan folikel ini merangsang kelenjar ovarium mensekresikan hormon estrogen yang berfungsi membantu pembentukan kelamin sekunder seperti tumbuhnya payudara, panggul membesar, dan ciri lainnya. Selain itu, estrogen juga membantu pertumbuhan lapisan endometrium pada dinding ovarium. Pertumbuhan endometrium memberikan tanda pada kelenjar pituitari agar menghentikan sekresi hormon FSH dan berganti dengan sekresi hormon LH. Oleh stimulasi hormon LH, folikel yang sudah matang pecah menjadi korpus luteum. Saat seperti ini, ovum akan keluar dari folikel dan ovarium menuju uterus (terjadi ovulasi).
Korpus luteum yang terbentuk segera menyekresikan hormon progesteron. Progesteron berfungsi menjaga pertumbuhan endometrium seperti pembesaran pembuluh darah dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang menyekresikan cairan bernutrisi. Apabila ovum pada uterus tidak dibuahi, hormon estrogen akan berhenti. Berikutnya, sekresi hormon LH oleh kelenjar pituitari juga berhenti. Akibatnya, korpus luteum tidak bisa melangsungkan sekresi hormon progesteron. Oleh karena hormon progesteron tidak ada, dinding rahim sedikit demi sedikit meluruh bersama darah. Darah ini akan keluar dari tubuh dan kita biasa menamakannya dengan siklus menstruasi.
Agar lebih bisa memahami peran dari hormon dalam proses oogenesis, mari kita simak animasi berikut:

   SOAL 
1.JELASKAN PENGERTIAN SPERMATOGENESI DAN OOGENESIS
2 BUAT SKEMATIS SPERMATOGENESI DAN OOGENESIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar