Pada pembelajaran daring sebelumnya, kalian sudah belajar tentang perkembangbiakan tumbuhan berbiji. Pada pembelajaran kali ini, Kamis, 15 Oktober 2020, kalian akan belajar tentang Perkembangbiakan Tumbuhan Paku dan Lumut.
Materi ini juga bisa kalian baca pada buku paket halaman 81 - 86.
Organ dan Sistem Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan kelompok tumbuhan yang tidak berbiji, sudah memiliki jaringan pembuluh, dan sudah mempunyai batang, daun, serta akar sederhana.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) seperti lumut. Metagenesis adalah pergiliran keturunan yang melibatkan dua fase sekaligus, yaitu fase sporofit dan fase gametofit.
Sistem Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Fase sporofit adalah ketika tumbuhan paku menghasilkan spora, sedangkan fase gametofit adalah pada saat tumbuhan paku menghasil gamet (sel kelamin).
Fase gametofit tumbuhan paku bersifat haploid (n), sedangkan fase sporofit tumbuhan paku bersifat diploid (2n).
Protalium akan menghasilkan anteridium (organ reproduksi jantan) yang menghasilkan sperma, juga menghasilkan arkegonium (organ reproduksi betina) yang menghasilkan ovum atau sel telur.
Tumbuhan paku yang dapat kita amati berada dalam tahap sporofit, karena dapat menghasilkan spora.
Jika kadar air pada kotak spora berkurang, kotak spora akan sobek dan mengeluarkan spora yang ada di dalamnya.
Spora tersebar dan selanjutnya tumbuh menjadi protalium, jika lingkungannya sesuai untuk tumbuh.
Protalium menempel pada permukaan menggunakan rhizoid. Protalium berwarna hijau dan mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis untuk berkembang.
Tahap gametofit dimulai ketika protalium tumbuh. Protalium akan berkembang dan menghasilkan anteridium dan arkegonium.
Anteridium menghasilkan spora berflagel (berekor) dan arkegonium akan menghasilkan sel telur.
Anteridium dan arkegonium pada umumnya terdapat pada satu protalium. Kadar air yang tinggi membantu sperma untuk bertemu dengan ovum, sehingga terjadi pembuahan dan menghasilkan zigot.
Fertilisasi terjadi jika sperma yang dihasilkan oleh anteridium sampai pada sel telur yang dihasilkan oleh arkegonium.
Meskipun memiliki flagel, sperma tumbuhan paku memerlukan air untuk pergerakannya. Zigot yang tumbuh dan berkembang akan memulai tahap sporofit baru.
Reproduksi aseksual pada tumbuhan paku dilakukan dengan rhizoma. Rhizoma dapat tumbuh ke segala arah dan membentuk koloni tumbuhan paku yang baru. Rhizoma adalah batang yang tumbuh di dalam tanah.
Organ dan Sistem Reproduksi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan terestrial atau hidup di daratan. Lumut dapat dengan mudah ditemukan pada tempat lembab dan teduh.
Bentuk tubuh lumut ada yang berupa lembaran dan ada juga yang mirip tumbuhan kecil. Akar sederhana pada lumut disebut rizoid.
Rizoid tersebut berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral, serta untuk melekat pada habitatnya. Tumbuhan lumut hanya tumbuh memanjang dan tidak tumbuh membesar.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang masih sederhana, karena belum memiliki akar, batang, dan daun yang sejati.
Secara umum lumut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun.
(a) Lumut Hati; (b) Lumut Tanduk; (c) Lumut Daun
Organ Reproduksi Tumbuhan Lumut
Gametofit adalah bentuk tumbuhan lumut yang tapak hijau, berbentuk lembaran, dan membentuk alat kelamin yang menghasilkan gamet.
Sel kelamin jantan dihasilkan oleh sel jantan yang disebut anteridium dan sel kelamin betina dihasilkan oleh sel kelamin betina yang disebut arkegonium.
Lumut yang memiliki dua alat kelamin (anteridium dan arkegonium) disebut berumah satu (monoesis) atau homotalus.
Sedangkan lumut yang hanya memiliki satu jenis alat kelamin disebut berumah dua (diesis) atau heterotalus.
Sistem Reproduksi Tumbuhan Lumut
Tumbuhan Angiospermae, Gymnospermae, dan tumbuhan paku dapat dijumpai pada tahap sporofit. Akan tetapi, tumbuhan lumut yang sering kita jumpai berada pada tahap gametofit.
Reproduksi seksual (generatif) tumbuhan lumut dimulai ketika spora berkecambah menghasilkan protonema. Protonema kemudian tumbuh menjadi tumbuhan lumut.
Dari ujung batang berkembang organ reproduksi betina (arkegonium) dan organ reproduksi jantan (anteridium).
Arkegonium menghasilkan sel telur atau ovum, sedangkan anteridium menghasilkan sperma yang berflagela dua.
Sperma kemudian berenang untuk membuahi sel telur. Pembuahan akan dapat berlangsung dengan baik apabila lingkungannya basah dan berair. Hasil pembuahan tersebut membentuk zigot.
Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sporofit yang bersifat haploid (n). Pada saat sporofit masak (umur 3 – 6 bulan) akan membentuk tangkai panjang (seta).
Ujung seta berupa kapsul yang disebut dengan sporogonium. Di dalam sporogonium terdapat spora.
Ketika spora telah masak, kapsul pelindungnya akan pecah, sehingga spora dapat dibebaskan. Spora yang dibebaskan tersebut akan berkecambah dan memulai siklus hidup lumut kembali.
Tumbuhan lumut mengalami reproduksi aseksual (vegetatif) melalui kuncup atau gemmae dan melakukan fragmentasi.
Fragmentasi terjadi ketika tumbuhan lumut melepaskan sebagian tubuhnya untuk menjadi individu baru.
Lumut Sebagai Tumbuhan Perintis
Meskipun tumbuhan lumut memerlukan kondisi yang lembab untuk tumbuh dan bereproduksi, banyak jenis lumut yang dapat bertahan dalam kondisi yang kering dalam kurun waktu yang cukup lama.
Mereka dapat tumbuh pada tanah yang tipis dan pada tanah di tempat tumbuhan lain tidak dapat tumbuh. Spora dari lumut akan dibawa oleh angin.
Spora akan tumbuh menjadi tumbuhan baru jika ada air dan beberapa komponen pendukung lainnya.
Sering kali lumut merupakan tumbuhan yang pertama kali tumbuh pada lingkungan yang sudah rusak misalnya akibat aliran lava atau akibat kebakaran hutan. Oleh karena itu, lumut juga disebut organisme pioner atau tumbuhan perintis.
Sebagai tumbuhan pioner, lumut akan tumbuh dan mati membentuk nutrisi tanah. Proses ini bersamaan dengan pelapukan bebatuan akibat panas, angin (pelapukan fisika), dan zat kimia lain seperti zat asam atau oksigen (pelapukan kimia) yang akhirnya membentuk tanah, sehingga pada akhirnya tumbuhan lain dapat tumbuh pada daerah tersebut.
Beberapa lumut juga dapat membantu menyimpan nitrogen dalam tanah dan menyimpan air. Kelompok lumut lainnya juga dapat digunakan sebagai obat hepatitis, seperti kelompok lumut hati Marchantia polymorpha.
Beberapa kelompok dari lumut daun seperti Sphagnum yang sudah lapuk dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti batu bara.
Demikian ulasan mengenai organ dan sistem reproduksi tumbuhan lumut (Bryophyta). Terima kasih sudah berkunjung dan semoga bermanfaat.
Kerjakan soal-soal di bawah ini (Kerjakan di buku latihan IPA)
1. Gambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan Paku!
2. Gambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan Lumut!
3. Mengapa tumbuhan Lumut disebut sebagai tumbuhan perintis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar